SELAMAAAAAT!!! anda memasuki kawasan blog sotta

Thursday, June 16, 2011

masih fatamorgana

terbangun dalam suasana damai, hening dan tenang. bahkan gonggongan anjing pun tak terdengarkan. ternyata masih diberi umur yang panjang. tidak ada jam dinding yang bisa dijadikan patokan waktu. tapi bisa diperkirakan masih sekitaran pukul 02.00am.

ku antarkan salah satu jemari tangan menyentuh stop kontak, dan terang. lampu kamar pun menyala dan menyinari seluruh benda yang ada disekitarnya. matapun tertuju pada sebidang benda kejujuran. terlihat pantulan diri dengan mata yang masih sayup. masih fisik yang tergambarkan.

semakin mendekat semakin jadi nyata, ternyata masih seperti yang dulu. sifat jemawa yang masih memberi kontribusi yang besar dalam pembangunan noktah dalam hati, sifat yang selalu memenangkan suudzon ketimbang huznudzon dan semakin membesarnya bidang kemunafikan dalam hati. Astagfirullah , Audzubillahi minan nifaq (Aku berlindung kepada Allah dari sifat munafik), ternyata sifat baik masih fatamorgan. bahkan euforia kehidupan yang selalu diidam-idamkan, masih dalam bentuk tulisan yang belum terealisasikan.

satu nama yang kembali bentrok dengan laju pikirku. bahkan kembali menyerang dengan jurus- jurus tanya yang tak pernah di respon dan di jawab oleh pikiranku sendiri. belum kelar yang satu, bertubi- tubi tugas otak menghampiri. perasaan jenuh dan lelah sudah tidak bisa terelakkan lagi. bahkan, antara hati dan pikiran mulai berkontadiksi. kalimat demi kalimat mulai keluar dengan semaunya..."saya lelah" "saya muak" "saya ..." "saya..." "saya ingin selesai sampai di sini".

nama itu selalu saja berkamuflase dengan keadaan. kadang menjadi sosok penyemangat dan kadang bermetamorfosa menjadi sosok pembunuh karakter. yah ... sy mengakui bahwasanya ia berhasil menanamkan sikap ambivalen dalam diri saya. dan nama itu yang menghantarkan saya hingga titik kejenuhan seperti ini. Deringan suara hp yang tiba- tiba berbunyi dengan kencangx dari kamar seberang, berbunyi suara lantunan musik islami yang berjudulkan nantikanku di batas waktu. semenit berbunyi, dan redup kembali. tapi gertakan lagunya masih terngiang- ngiang hingga di pelosok lamunanku masih ingat saya dengan lagu itu, dengan lirik yang masih tersimpan indah di inbox hp.. lengkap dengan nama pengirim lirik.

dulu, saya kira itu adalah jawaban. atau itu adalah tanggapan. ternyata masih fatamorgana, bersama bebrapa lirik yang begitu menjanjikan bagi saya. beralih dari musik nasyid itu... mata saya kembali tertarik oleh sebuah benda kecil, sebuah buku catatan kecil yang kira- kira berukuran 5 x 7 cm. memang tidak begitu besar, tapi cukup menampung kejadian- kejadian yang bisa terhapuskan dalam memory saya.

dan dengan lincahnya, lembar demi lembar terbacakan. jantung saya semakin berdetak kencang membaca tulisan- tulisan yang berbicara kepada saya. tidak percaya,, bahwa itu adalah tulisan tangan saya. tidak percaya bahwa itu adalah sebagia kecil kejadian yang sempat terekam tidak sempurna. astagfirullah, Innalillah ... semoga Allah melaknat sifat pelupa ini.

lompat dari buku kecil itu, kaki saya sekarang yang bereaksi. menghantarkan raga dalam suatu persimpangan. yah...jalan menuju suatu ruang yang sepi. Dsana, saya pojokkan diri ini, menatap lampu- lampu yang memancarkan sinarnya kembali akibat keusilan tanganku yang mengharuskannya ikut lembur malam ini. semakin saya pojokkan diri ini, semakin saya teringat dengan satu nama yang menjadi pokok pembicaraan dalam buku kecil yang mejadi pelaku dalam guncangan batinku.

semenit, dua menit hingga tak terasakan sejam lebih diri ini terpojok dalam suatu ruang yang tidak begitu asing. dan saya terbangun dari lamunanku, lamunan terhadap euforia- euforia kehidupan yang sedari dulu menjadi impian yang terbesar dan menjadi patokan saya. tidak ada yang mafhum dengan jalan pikir saya, selain diri saya sendiri.Bangun dari lamunan itu, kembali saya ke kamar asal.

Dengan membawa sisa- sisa lamunan tadi, dn membaringkan badan di atas sebuah kasur yg terbentang di atas lantai kamar. Sepertix, lamunan itu membawa sifat adiktif terhadap harapan- harapan yang mustahil dan akan menjadi upas dan borok dalam kehidupan saya.Lamunan itu kembali meninggalkan suatu impresi yang tidak bgitu menyenangkan. Suatu bayangan berentitas nyata.

Tak ingin berlama- lama tinggal dalam lamunan, saya hadapkan lagi raga ini di depan benda yang paling jujur. Ternyata masih yang dulu. Belum ada yang lesap. Bahkan stigma- stigma dalam kepribadian saya semakin nampak. Berjuta insinuasi menggerogoti dipikiran. Astagfirullah

saya hanya seorang padusi yang malang, bukan seorang babut bahkan bukan teknokrat dalam suatu negri yang tentram. Seorang anak yang malang.Dalam cerminan diri, nampak jelas, suatu ruam d wajah.

Akan kah itu adalah dampak dari berjubelnya pikiran ?

No comments:

Post a Comment