Selasa. Sore menjelang malam.
langit mulai tampak memerah.kekuning- kuningan dan akan segera berganti menjadi gelap. matahari akan beristirahat dan berganti dengan bulan.
Selasa. Sore menjelang malam
kerinduanku terhadap rumah menghantarkanku keluar dari istana keluarga Mu'min menuju istanaku. 1, 2, 3, 100, 1000... tidak terhitung olehku langkah yang menghantarkanku menuju tempat kebahagian itu. sebelum kaki kanan memasuki dunia baruku, seorang sosok yang berharga dihidupku menyapaku. Beliau abiku... Imam dalam kehidupanku. "dari mana?" .. pertanyaan itu menuju ke arahku. hanya dengan senyuman kecil yang ku balaskan ke hadapannya. beliau tidak protes, beliau sosok yang mengerti dengan keadaanku, yang mempercayaiku melebihi orang- orang yang mengenalku.
Selasa. sore menjelang malam.
kegerahan mulai menghampiriku. ini mungkin karna badanku yang mulai mengeluarkan bau kecut. jaket yang memelukku, kulepas dengan segera. ku gantungnya di samping lemari pakaianku. kuletakkan dia bersama baju- baju yang selalu melindungi ku dari cengkraman panas matahari.
Selasa. Sore menjelang malam
Cermin besar menampilkan seluruh badanku. terlihat sosok yang begitu sangat ku kenali. ya... dia adalah gambaranku. ku perhatikan sejenak kembaran ku. terlihat olehku muka yang begitu kusam, mata yang begitu lelah, pipi yang semakin hari semakin menebal dan tak lagi nampak sinar lembut dari pancaran kedua bola mata itu. sepertinya sosoknya mulai berganti... harinya sangat lelah oleh sejuta pikiran yang berbatu di otaknya dan membuatnya lelah menitihnya. tapi dia akan tetap tegar. yah .. dia adalah gambaran ku dalam cermin kamarku.
Selasa. Sore menjelang malam
kegerahan itu musnah. kupaksakan badanku untuk terus bertahan diantara kelelahan- kelelahan yang semakin hari menipiskan semangatku. dan kuputuskan untuk menyempatkan membuka coretan gajeku sebelum suara panggilan menderuh.
langit mulai tampak memerah.kekuning- kuningan dan akan segera berganti menjadi gelap. matahari akan beristirahat dan berganti dengan bulan.
Selasa. Sore menjelang malam
kerinduanku terhadap rumah menghantarkanku keluar dari istana keluarga Mu'min menuju istanaku. 1, 2, 3, 100, 1000... tidak terhitung olehku langkah yang menghantarkanku menuju tempat kebahagian itu. sebelum kaki kanan memasuki dunia baruku, seorang sosok yang berharga dihidupku menyapaku. Beliau abiku... Imam dalam kehidupanku. "dari mana?" .. pertanyaan itu menuju ke arahku. hanya dengan senyuman kecil yang ku balaskan ke hadapannya. beliau tidak protes, beliau sosok yang mengerti dengan keadaanku, yang mempercayaiku melebihi orang- orang yang mengenalku.
Selasa. sore menjelang malam.
kegerahan mulai menghampiriku. ini mungkin karna badanku yang mulai mengeluarkan bau kecut. jaket yang memelukku, kulepas dengan segera. ku gantungnya di samping lemari pakaianku. kuletakkan dia bersama baju- baju yang selalu melindungi ku dari cengkraman panas matahari.
Selasa. Sore menjelang malam
Cermin besar menampilkan seluruh badanku. terlihat sosok yang begitu sangat ku kenali. ya... dia adalah gambaranku. ku perhatikan sejenak kembaran ku. terlihat olehku muka yang begitu kusam, mata yang begitu lelah, pipi yang semakin hari semakin menebal dan tak lagi nampak sinar lembut dari pancaran kedua bola mata itu. sepertinya sosoknya mulai berganti... harinya sangat lelah oleh sejuta pikiran yang berbatu di otaknya dan membuatnya lelah menitihnya. tapi dia akan tetap tegar. yah .. dia adalah gambaran ku dalam cermin kamarku.
Selasa. Sore menjelang malam
kegerahan itu musnah. kupaksakan badanku untuk terus bertahan diantara kelelahan- kelelahan yang semakin hari menipiskan semangatku. dan kuputuskan untuk menyempatkan membuka coretan gajeku sebelum suara panggilan menderuh.